Senin, 29 Oktober 2018

Refleksi 1 Kuliah dengan Prof Marsigit



Perkuliahan dengan Prof Marsigit sudah berlangsung sekitar 2 bulan. Perkuliahan dilaksanakan pada pukul 15.30 s.d 17.10 di ruang I.01.1.01.01. Pada perkuliahan filsafat ini banyak sekali ilmu yang bermanfaat bagi saya. Memahami filsafat di dalam kelas bersama Prof Marsigit. Berikut adalah refleksi perkuliahan yang saya buat.
            Lupa adalah nikmat dari Allah. Prof Marsigit mengatakan bahwa lupa itu sangat penting. Lupa merupakan yang diberikan Tuhan kepada manusia. Namun lupa juga perlu dimiliki. Karena apabila kita dapat mengingat semua kejadian akan berbahaya. Lupa bisa dipandang tergantung ruang dan waktu. Misalnya Prof Marsigit yang tidak lupa dengan wajah istrinya, akan berbahaya. Semua hal itu bergantung apa yang seharusnya diingat dan yang seharusnya dilupakan. Hal yang berkaitan erat dengan lupa adalah kecerdasan. Cerdas juga tergantung ruang dan waktu. Seseorang bisa dipandang sebagai manusia cerdas dan bisa dipandang juga sebagai manusia yang tidak cerdas. Tuhan memberikan anugerah yang luar biasa. Anugerah ingat dan lupa. Kemampuan cerdas yang tidak bisa ditiru oleh mesin. Ketika saya memandang seseorang, maka saya masih mengingat wajah orang tersebut. Membaca buku halaman 11, pasti halaman 10 masih ingat isinya. Ingatan juga bisa terbawa di dalam diri. Ingatan bisa terbawa ke dalam mimpi. Hal ini dikarenakan sebelum tidur kita memikirkan ingatan tersebut. Refleksi untuk diri saya dalam menjalani kehidupan yaitu kita harus senantiasa mensyukuri nikmat Tuhan berupa lupa dan ingatan. Lupa dan ingatan dapat dipandang sesuai dengan ruang dan waktu. Lupa kejadian yang telah dilalui misalnya kejadian 5 tahun yang lalu. Lupa telah disakiti orang lain, sehingga kita dapat memaafkan. Ingat dengan kebaikan orang lain, sehingga kita dapat memandang orang tersebut dari sudut pandang yang baik.
            Bagi mahasiswa yang masih belajar, seperti saya tentu filsafat sulit dipahami. Dalam perkuliahan dengan Prof Marsigit, Prof Marsigit menyatakan bahwa tiada sebenar-benarnya orang paham filsafat. Socrates, orang yang hebat saja pada akhirnya mengatakan dia tidak tahu apa-apa. Apa-apa saja tidak paham apalagi filsafat. Sebenar-benar manusia adalah berusaha untuk yang saling mengerti. Hal yang tidak bisa ditinggalkan yaitu ihktiar dan vital. Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa manusia berasumsi. Manusia berasumsi karena mempunyai pikiran dan intuisi berdasarkan pengalaman. Kalau ditarik ke belakang itu karena fatal dan vital, takdir dan ikhtiar. Keberadaan pembelajaran dikelas yang sedang berlangsung ini juga merupakan takdir dan ikhtiar karena berinteraksi. Asumsi merupakan titik awal dalam filsafat yang disebut fondasionalism atau aliran fondasi. Sedangkan yang tidak berasumsi dinamakan intuisi atau anti-fondation. Cinta merupakan salah satu contoh dari asumsi. Ciri-ciri dari intuisi atau anti-fondation adalah tidak tahu kapan dan tidak tahu dimana dimulai. Contoh lainnya adalah sayang. Disayangi oleh ibu kita masing-masing. Kita tidak tahu kapan dimulai. Rasa saying yang muncul tersebut bukanlah sebuah definisi, perasaan tersebut merupakan pengalaman dan pikiran, fatal dan vital. Kapan kita mulai mengerti cinta dan saying tidak pernah diketahui. Cantik untuk anak kecil lain dengan cantiknya orang tua. Masing-masing orang mempunyai pengalaman sendiri-sendiri tentang cinta dan sayang.
            Refleksi yang dapat diambil yaitu setiap manusia dapat berasumsi. Asumsi yang dibangun tersebut akan menentukan takdir kita. Asumsi ada karena sebuah intuisi, yang diperoleh juga dari pengalaman sebelumnya. Selain memiliki asumsi  manusia juga merasakan perasaan cinta dan kasih sayang yang diperoleh dari pengalaman. Perasaan tersebut dapat diciptakan dan dikembangkan sesuai potensi dari masing-masing individu.
Dunia itu berstruktur dan berhirarki sperti parabola yang menutup ke bawah. Struktur orang timur yaitu normal normatif dan spiritual yang paling tinggi. Bagian terkecil dari filsafat yaitu yang ada. Struktur dari yang ada adalah wadah da nisi, bentuk dan substance, subjek dan objek. Semua yang ada subjek dan semua yang ada objek. Sebagai contoh air. Air bisa dipandang sebagai wadah dan bisa dipandang sebagai isi. Air bisa sebagai wadahnya oksigen dan air bisa sebagai isinya gelas. Kita yang sedang belajar juga bisa sebagai wadah dan isi. Siswa sebagai isinya kelas dan siswa sebagai wadahnya semua milik siswa. Isi tidak akan pernah sama dengan wadah, subjek tidak pernah sama dengan objek. Itulah yang dinamakan dunia. Karena subjek tidak sama dengan objek, wadah tidak sama dengan isi dinamakan kontradiksi. Ketika kita hidup dunia bersifat kontradiksi. Sebenar aku bukanlah Diana. Kalau aku sama dengan Diana maka itu disebut identitas. Identitas hanya ada di dalam pikiran. Sebenar-benar yang bisa sama dengan namanya adalah Tuhan. Manusia tidak akan pernah sama dengan namanya. Matematika yang sudah ditulis itu semuanya salah, yang benar hanya yang ada di dalam pikiran.
            Semua yang ada di dunia ini mengalir di dalam ruang dan waktu. Diri kita sendiri adalah fungsi waktu. Manusia atau subjek adalah fungsi waktu. Saya adalah fungsi waktu. Saya dikatakan sebagai fungsi waktu karena saya tidak terlepas dengan waktu. Setiap perbuatan yang saya lakukan selalu bisa ditentukan dengan waktu. Kalau kita terlepas dari fungsi waktu maka kiamat terjadi. “Aku” bisa dikatakan dengan waktu. Prof Marsigit mengatakan bahwa banyak filsuf yang mengatakan bahwa orang-orang yang dijalan itu semuanya mati, mayat berjalan. Hal ini dikarenakan mereka dalam keadaan tidak berfikir. Sedangkan Kyai menyatakan bahwa orang-orang berjalan di jalan adalah mayat-mayat yang sedang berjalan, karena mereka tidak dalam sedang keadaan berdoa.
            Kita sebagai mansia tidak bisa mengulang waktu, ini dinamakan linier. Jika kita punya nama-nama hari, itu dinamakan siklik. Sebenar-benar hidup adalah hermeuditas. Metode belajar dan mengajar yang paling baik adalah meniru alam atau hermeuditas. Hermeuditas dalam islam dinamakan silaturahmi. Belajar dengan saling menerjemahkan apa yang dimaksud.
            Bila kita refleksikan ke dalam kehidupan, bahwa hidup ini seimbang terdapat wadah dan isi. Semua hal bisa dipandang sebagai wadah maupun dipandang sebagai isi. Kehidupan dunia ini bisa kita ambil pelajarannya, silaturahmi untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Kita bisa mengajak peserta didik kita untuk menyamakan visi dan saling menerjemahkan maksud satu sama lain.
            Perasaan merupakan hal yang pasti dirasakan oleh semua orang. Adanya perasaan sedih, senang, marah merupakan gejolak jiwa. Pikiran yang memikirkan bahwa hal tersebut benar atau salah dan perasaan yang merasakan baik atau buruk. Sebenar-benarnya sedih adalah godaan setan. Untuk itu segeralah kita kembali kepada Allah. Berdoa dan berikhtiar supaya Allah menghilangkan perasaan sedih. Sebenar-benar manusia adalah manusia yang mencoba mengerti.